Nia …. Kania!!
Aku yang sedang berdiri
di depan taman kampus, menatap daun-daun pohon mapel yang jatuh
berguguran, seketika tubuhku gemetar. Suara itu!!! Suara yang takkan
pernah dapat kulupakan. Suara yang menemaniku melewati hari-hari di
masa lalu.
Jangan menyerah Nia!!!
Masalah kehidupan takkan usai hanya dengan kau tangisi, cobalah hadapi!
Ada Tuhan dan aku yang selalu mendukungmu! Kau tak sendiri! Namun
apabila yang telah kau perjuangkan tak seperti yang kau impikan,
berpasrahlah! Tangan-tangan Tuhan akan bekerja untuk membuat keajaiban
yang tak kau duga!!” demikian kata-katanya selalu ku ingat.
Dan apakah kehadirannya
dihadapanku adalah sebuah keajabain tangan Tuhan! Entahlah! Bayangkan!
Mati-matian aku bersembunyi pergi dari tempat ke tempat membawa
kepingan-kepingan hatiku yang telah hancur, aku berusaha menguliti
cintanya dari tubuh dan jiwaku. Tetapi semakin berusaha kulepas aku
semakin tak berdaya. Cintanya telah menyatu di tubuhku sendiri.
Kemanapun aku pergi di
setiap sudut kota yang aku singgahi selalu mengingatkan aku padanya.
Jembatan diatas rel kereta api di sebuah kota membuat anganku terbang
kembali ke masa lalu.
Nia, saat kereta api
menuju kemari dan lewat bertriaklah sekencang-kencangnya, menanglah
keluarkan semua beban di hatimu biarkan ia pergi bersama kereta yang
berlalu! Katanya sambil menatapku sejak itu, setiap kali masalah hadir
mendera-dera hatiku, aku berlari ke jembatan dan aku selalu merasa lega
setelah melakukan itu.
Masalah demi masalah
selalu tersenyum dan datang kepadaku bahkan sebelum aku lahir. Ibuku
yang sakit-sakitan karena ayah jarang pulang untuk main perempuan. Dan
lebih parahnya lagi setelah melahirkan aku ibu terkena penyakit yang
membuatnya tak dapat hamil lagi dan ayah memutuskan menikah lagi dengan
alasan menginginkan anak laki-laki.
Ketika ayah menikah
lagi, ibu memilih bertahan di madu dengan alasan ingin mendapat ridho
dari Tuhan. Tapi pilihannya itu membuat dirinya begitu menderita
tekanan batin yang membuncah hingga akhir hayatnya. Sedangkan ayahku?
Heh…. Jangan ditanya! Entah dimana ia saat itu.
Puncak penderitaan
hidupku setelah sepeninggal ibu, mengetahui kenyataan itu seperti
tersambar petir! Betapa tidak! Kekasihku Dion adalah anak dari ibu
tiriku, isteri ayah, anak lelaki yang diinginkan ayah adalah Dion. Aku
hancur, marah, kecewa kepada ayah, ibuku, ibu Dion dan tentu saja Dion
dan takdir yang tak henti-hentinya membawa penderitaan.
Sejak peristiwa kelam
itu aku tak lagi memiliki tempat bersandar. Dion orang yang ku kenal
tangguh ternyata begitu rapuh. Aku sudah terlalu muak dengan ayahku dan
isterinya. Aku juga muak dengan Dion. Berulang kali dia mengajakku
berbicara. Tetapi hatiku sudah terlalu sakit dengan semua ini.
Setelah sarjana kuraih
dengan cumlaude, aku mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2 ke luar
negeri dan tak kusia-siakan kesempatan emas itu, lalu gelar S2 kupun
dapat kucapai dengan hasil cumlaude, lagi aku dapatkan beasiswa untuk
gelar doktor hingga sekarang, dan akan kulakukan apapun agar aku bisa
mengikuti post doctoral research agar aku tak pulang kembali ke tempat
masa laluku yang kelam.
Hingga saat itu. Di awal musim gugur daun-daun mapel yang mulai jatuh berguguran , aku mendapati dirinya dihadapanku.
“Nia….Kania!!”
Aku terhenyak semua ingatan masa laluku kembali hadir, aku diam terpacu dan tak kusadari ia ada dihadapanku.
Akhirnya! Kau kutemukan
juga, sulit sekali mencari jejakmu! Keberuntunganku tak sengaja kulihat
fotomu di facebook temanku, dia menari nafas panjang dan
menghembuskannya penuh lega.
Lalu dia memelukku, aku
tak kuasa menolaknya sekilas kulihat matanya pun basah linangan air
mata. Digandengnya aku menuju sebuah kursi di pinggir taman kampus.
“Nia, pulanglah! Semua orang merindukanmu!, matanya mengerjap.
“Apa! Tidak salah dengar? Aku ini siapa??” ujarku sinis
“Nia!!” ujarnya dengan
nada agak tinggi” aku sebenarnya takut untuk menemuimu! Tapi
kukumpulkan keberanianku karena ayahmu memintaku agar aku menemui”
lanjutnya lagi
“Ayahhku!!!’
“Dia sakit keras! Dia berharap bisa menemuimu”
Aku mendengus, aku baru
tahu kalau dia masih menganggap ku anaknya, sejak lahir dia tak pernah
memandangku, memanggil namaku dan aku tak diperbolehkan memanggilnya
ayah aku seperti segumpal daging hidup yang menjijikan lagi pula aku
hanya anak perempuan! Seberapa penting sih anak perempuan!!”
“Nia!!” bentaknya
“Betapa egoisnya lelaki
itu, ketika tubuhnya masih berjaya, dia sesuka hati memperlakukan anak
isterinya seperti binatang setelah sekarat huh!!
“Sudahlah Nia, kau jangan membayangkan ayahmu setegar dulu, dia ….!
“Bukan tegar tapi tega!!” potongku
“Nia…dengan, dia terbaring lemah, tolonglah!!”
“Tolong, dulu saat aku
meminta tolong berharap diakui sebagai anak dimana dia? Saat dia
menikahi wanita jalang itu…..Maaf! Lalu saat ibu meminta agar ayah tak
melupakannya tapi dia!!! Bahkan saat ibu meninggal, kami hanya berharap
ayah menjenguk tapi mana!!! Nyatanya dia sedang bersenang-senang!!
Sudahlah anggap saja aku sudah mati! Aku tidak akan mau dan tidak akan
pernah kembali ke sana, camkan itu!!!.
“KANIA…..apakah hatimu sudah mati dan membatu?” apa yang kau pelajari di negara ini sehingga kau jadi seperti ini?”
“Aku sudah mati, saat ibu pergi aku sudah sekarat dan saat aku tahu kenyataan pahit tentang dirimu aku sudah mati!”
Suasana berubah jadi
hening dalam sekejap begitu beku aku tak kuasa lagi, semua terlalu
perih aku berlari menghambur meninggalklannya tanpa pamit. Terserahlah
luka yang ayah buat sudah membuatku begini!!
sumber:http://ceritacinta-di.blogspot.com/2009/10/cerpen-selamanya.html
Pesan Tulisan: hanya orang bijak yang bisa mengambil hikmah dari sebuah kejadian...
Penulis : Shella